Jumat, 01 Februari 2019

Kesalahan Persepsi Umum tentang Cinta


Cinta, satu kata yang menarik bagi manusia terutama di kalangan anak muda. Banyak orang yang mempersepsikan tentang cinta. Ada orang yang bisa mendeskripsikan cinta dan juga yang tidak karena sifatnya yang abstrak. Sayangnya banyak orang yang terjebak dalam memahami arti cinta yang salah. Akibat dari ini adalah banyak kasus pergaulan bebas, pacaran, pasangan yang tidak saling memahami, dan lainnya. Ada yang mengatakan cinta adalah sebuah kasih sayang kepada lawan jenis yang harus diutarakan. Banyak yang menganggap setiap orang harus mendapatkan cinta dari lawan jenis. Hal ini wajar karena setiap orang ingin mendapat kasih sayang. Namun, hal ini menjadi masalah jika mereka tidak tahu cara yang baik mendapatkan cinta.

Masalah yang sering terjadi adalah banyak orang yang menggunakan egonya yang diikuti nafsunya untuk mendapatkan cinta. Contohnya adalah seorang wanita tidak mau menikah selain orang yang dicintainya. Contoh lainnya adalah orang pria yang membeli handphone walaupun terlilit hutang dengan tujuan berkomunikasi dengan lawan jenis. Orang ini masih mementingkan dirinya sendiri. Ini merupakan kesalahan karena tidak dapat mengelola hati nuraninya. Firman Allah dalam surat Shad ayat 26:

“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”

Cintailah dengan sewajarnya. Kita tidak boleh mencintai secara berlebihan. Karena cinta berlebihan dapat memunculkan harapan kosong. Rasulullah SAW bersabda:

“Rosulullah Saw, bersabda, Cintailah kekasihmu sewajarnya saja karena bias saja suatu saat nati ia akan menjadi orang yang kamu benci. Bencilah sewajarnya karena bias saja suatu saat nanti ia akan menjadi kekasihmu. (HR. Al-Tirmidzi).”

Sebelum mencintai orang lain, setiap orang mencintai diri sendiri terlebih dahulu. Cinta diri sendiri berlawanan dengan mementingkan diri sendiri. Orang yang mementingkan diri sendiri dan mengabaikan orang lain menunjukkan ia tidak cinta diri. Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mencintai orang lain dilakukan dengan cara berbagi atau menyenangkan orang lain tanpa mengharapkan balasan. Masalah yang sering terjadi adalah memberikan sesuatu dengan syarat. 
Misalkan, seseorang akan diberikan hadiah jika menjalankan tugas tertentu. Orang yang memberikan hadiah tidak menunjukkan rasa cinta karena masih memberikan syarat.

Agar dapat mencintai diri sendiri, seseorang dapat mengenal diri sendiri. Menurut Imam Ghazali, setiap orang harus mengerti eksistensi dirinya di dunia. Dari sana akan muncul mana yang bersifat hakiki untuk kita mana yang tidak. Salah satu cara mengenali diri sendiri adalah tidak menilai orang lain. Selain itu, bentuk cinta diri yang lain adalah mensyukuri segala kelebihan dan kekurangan dalam dirinya. Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Ibrahim: 34 :

“Dan Dia telah memberimu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat lalim dan banyak mengingkari (nikmat Allah).”

Cinta adalah sebuah perasaan yang diberikan kepada setiap orang. Akan tetapi, banyak orang yang salah memahami hakikat cinta. Hal ini karena mereka dipengaruhi oleh hawa nafsu dan hal ini dibenarkan banyak orang karena sudah menjadi kebiasaan. Cintai yang baik adalah berbagi kepada sesama tanpa mengharapkan imbalan. Jadilah orang yang mencintai orang lain sebagaimana mencintai diri sendiri.






Minggu, 27 Januari 2019

Sang Kufur Nikmat dan Sang Penerawang

Di era modern ini, hiduplah seorang Penerawang yang sangat mahsyur di suatu negeri. Hingga suatu hari, Ia kedatangan seorang pemuda yang sangat merisaukan kehidupannya

Pemuda : Wahai penerawang. Umur saya hampir 30 tahun namun saya belum kuliah dan belum juga mendapat jodoh. Tolong berikan saya saran agar saya dapat kuliah dan mempunyai jodoh yang cocok untuk saya.

Kemudian Sang Penerawang itu melihat ke dalam Pemuda itu. Sang Penerawang kaget sekali dengan penglihatannya.

Penerawang : Oh pemuda. Mengapa kamu datang kepada saya? Seharusnya kamu tidak datang kemari

Pemuda itu kaget. Pemuda pun bertanya kepada Sang Penerawang. Awalnya Sang Penerawang enggan memberi tahu. Akhirnya hatinya luluh untuk bercerita.

Penerawang : Mengapa permintaanmu aneh sekali? Aku tidak enak menceritakan ini tapi karena kamu terus meminta, baiklah. Aku menceritkannya agar kau mendapat hikmah. Setelah ini aku harap kau sendiri yang melihatnya.

Penerawang : Kamu memang ditakdirkan tidak kuliah. Bukan berati kamu bodoh. Namun ada hal lain. Kau tahu, dirimu sangat mudah dipengaruhi orang lain. Sewaktu kamu masih sekolah, kamu nyaris mengikuti kelompok orang-orang yang tidak baik. Kamu tidak menyadarinya. Jika kamu kuliah, akan banyak teman-temanmu yang mengajakmu kembali ke lembah hitam itu lagi karena sebelumnya kamu pernah diajak. Kamu tidak akan bertahan lama dalam kuliahmu karena kamu sibuk mengurusi hal-hal yang gelap. Sebagai gantinya, kamu diberi keterampilan semenjak sekolah sehingga saat lulus sekolah kamu langsung bekerja di perusahaan terbesar di negeri ini. Lihatlah, betapa banyak orang yang melamar ke perusahaan kamu bahkan ada lulusan sarjana juga. Hanya saja kamu tidak menyadarinya.

Pemuda : Engkau benar Sang Penerawang, dulu saya pernah nyaris masuk aliran sesat. Namun tidak jadi karena pada saat itu tiba-tiba mendapat penyakit berbahaya dan cukup lama saat itu.

Penerawang : Masalah jodoh, kau tahu, jodohmu adalah seseorang yang sangat bijaksana. Gadis ini sangat jarang ditemukan di zaman sekarang. Dialah yang akan memberikan petunjuk untuk lingkungannya yang tidak mau berdamai. Dialah yang akan menasehatimu dengan kelembutannya. Saat ini dia sedang ditempa agar dia terus memperbaiki diri. Saat dirinya sudah siap, dia akan datang kepadamu secara alamiah. Atau mungkin kamulah yang akan mendatanginya secara alamiah. Doakan saja dia agar kamu segera bertemu dengannya.

Pemuda : Kalau boleh tahu, ciri-ciri jodoh saya seperti apa?

Penerawang : Hatimu yang tahu. Kamu akan tau sendiri jodohmu yang mana saat kamu tidak sibuk memikirkannya.

Penerawang : Saya banyak bertemu dengan orang sepertimu. Banyak orang datang kepadaku meminta ini itu namun sesungguhnya itulah yang terbaik untuknya. Hanya saja dia tidak pernah melihat jauh ke dalam dirinya. Hanya sibuk menggerutu mengapa hidupnya seperti itu. Kamu boleh bersedih dengan semua takdirmu, tapi cukuplah sebagai reaksi sementara saja. Setelah itu kosongi semua pikiran yang jelek dan noda di dalam hatimu. Nantinya dengan kekuatanmu kau dapat memanggil jodoh dan rezekimu. Aku sangat iri padamu karena hidupmu selalu dilindungi oleh Sang Pencipta. Sekarang kau boleh pergi dan jangan lupa berterima kasih kepada Penciptamu.

Setelah itu Pemuda itu pulang kemudian dia menjadi pribadi yang sangat menikmati kehidupannya.

Minggu, 30 Desember 2018

Untuk Kalian yang Dikhianati Seseorang

Dikhianati bukanlah suatu hal yang enak dalam kehidupan kita. Saat kita dikhianati rasanya kita ingin memaki orang tersebut dan bahkan tidak ada kata maaf untuknya. Kita terlanjur berharap besar mendapatkan sesuatu darinya dan pada akhirnya dia melakukan hal yang berlawanan dari harapan tersebut. Kejadian ini bukanlah kejadian yang mudah untuk diterima. Tidak ada orang yang ini mendapat kejadian seperti ini. Namun semua ini merupakan bagian dari hidup. Tidak mungkin selamanya hidup senang bahagia sentosa.

Ketika kita mengalami kejadian ini yang harus kita lakukan adalah :

1. Introspeksi
Mengapa hal ini perlu dilakukan? Bisa jadi awalnya dia memang ada niatan untuk memenuhi janjinya. Namun, karena sikapmu yang kurang enak baginya maka dia tidak yakin jika janjinya bisa dilakukan bersamamu. Contohnya, ketika kamu kolaborasi suatu proyek bersama si A, si A sudah mantap mau melakukan proyek ini itu dalam hatinya namun karena kamu terlalu banyak marah padanya akhirnya dia capek mendengar ocehanmu lalu dia pergi meninggalkanmu. Coba ingat-ingat lagi. Jika itu murni kesalahanmu kamu harus meminta maaf padanya. Tapi jika kamu telah yakin tidak berbuat kesalahan sama sekali kepada si A, si A kurang layak untuk diberi kepercayaan lagi.

2. Bersyukur
Iya bersyukur. Mungkin ini terlalu klise untuk orang seperti kita yang banyak tuntutan (wkwkwk). Dibalik semua kejadian ini, kita harus bersyukur karena kita didatangkan seseorang untuk mengambil pelajaran hidup darinya. Darinya kita bisa belajar sabar lebih banyak. Jika kamu bertemu orang seperti ini lagi di kemudian hari (naudzubillah min dzalik) kamu tidak terlalu ambil pusing dan segera mencari solusi ketimbang kebanyakan ngedumel sendiri.

3. Maafkan
Lha ini tipsnya aneh lagi. Kenapa kita harus memaafkannya? Karena percuma juga kamu terus menyimpan rasa dendammu padanya. Sesungguhnya jika kamu sedang marah maka energimu cepat terbuang daripada bahagia. Terima saja semua kesalahan dia dan maafkan sebelum dia meminta maaf. Jika kamu terus cemberut orang-orang di sekitarmu akan menghindarimu karena mereka takut melihat wajahmu.

4. Bangun dari Awal
Jika kamu masih yakin orang yang menghianati kamu akan berubah, temui dia dan buat komitmen baru lebih matang. Jika kamu tidak yakin carilah orang lain yang benar-benar teruji kepercayaannya. Semuanya tergantung kamu. Jika kamu harus tetap bersamanya, tandanya ada yang yakin sama kamu bahwa kamu dapat mengatasinya.

5. Percaya bahwa Semua Akan Berlalu
Tidak usah terlalu lama merasa kesal karena semuanya akan berlalu. Waktulah yang akan menjawab. Suatu hari nanti kamu akan melewati semua kejadian ini lalu kamu berterima kasih pada diri sendiri karena kamu dapat mengatasinya. Kamu juga akan berterima kasih kepada Tuhan karena kamu dibantu oleh-Nya untuk mengatasi semua masalah ini. Pada akhirnya kamu tetap dapat menjalani semuanya dengan wajah tersenyum.

Apakah kita tidak boleh berharap kepada manusia?

Setiap pilihan pasti ada konsekuensinya. Jika kamu memilih untuk berharap maka kamu akan mengalami kejadian yang serupa. Bila kamu memilih tidak berharap maka tidak ada perbedaannya dengan berharap. Kamu bebas untuk memilih. Namun, sebaiknya kamu jangan lupa untuk berharap kepada Sang Maha Pencipta dengan cara agar langkahmu dimudahkan dan tidak ada orang lain lagi yang menghianatimu.

Sabtu, 06 Oktober 2018

MONOKROM KEHIDUPAN



Sebuah lukisan hitam putih itu terpasang di suatu galeri di ibu kota. Lukisan yang hanya terdiri dari dua warna ini dijual ratusan ribu rupiah. Harga tersebut belum seberapa. Ada pula lukisan yang terjual jutaan hingga milyaran rupiah. Lukisan itu hanya bergambar beberapa tetes hitam pada kanvas putih. Ini menandakan tidak perlu banyak warna untuk membuat lukisan menjadi indah.

Setiap lukisan mempunyai teknik gambar yang berbeda. Ada yang digambar dengan cara diarsir, dicat, disemprot, dan lain sebagainya. Meskipun tekniknya gambar berbeda, karya tetap dapat indah. Setiap teknik mempunyai ciri khas pada goresan, bentuk, dan tekstur sendiri. Teknik ini yang menimbulkan ciri khas pada lukisan.

Jika dianalogikan dengan kehidupan ini, anggaplah warna adalah setiap kejadian yang dialami manusia sedangkan lukisan adalah gambaran kehidupannya. Untuk menciptakan gambaran kehidupan yang indah, kita tidak perlu menambah sesuatu yang sebetulnya tidak terlalu penting. Terutama hal-hal yang berhubungan dengan duniawi. Banyak orang di luar sana hidup bahagia meskipun keadaannya sederhana. Banyak orang yang tidak bahagia walaupun bergelimang harta, mendapat kedudukan terhormat, ataupun terlihat “sempurna”.

Kita tidak perlu mengikuti teknik gambar orang lain. Buatlah dengan teknik sendiri. Begitu pula dengan manusia sebagai pelukis kehidupan. Setiap orang bersifat unik. Setiap orang mempunyai ciri khas sendiri. Bahkan sepasang kembar pun tidak sama persis. Dari sini kehidupan kita tidak sama dengan yang lainnya karena setiap orang mempunyai cara sendiri untuk melukis kehidupannya. Teknik ini perlu diasah. Tidak ada hasil yang menghianati proses. Adakalanya kita belajar dari kegagalan untuk mendapat kemenangan. Allah berfirman :

“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (Yusuf : 87).

Untuk membuat gambaran hidup yang indah dengan sedikit warna, kita harus bersyukur atas rahmat  Allah. Bersyukur dengan segala “warna” yang ada pada kehidupan kita. Terkadang warna kehidupan ini bersifat menyenangkan. Ada kalanya “warna” ini bersifat menyedihkan. Itulah hukum alam. Allah Berfirman :

“Jika kalian ingkar, sesungguhnya Allah Maha Kaya atas kalian. Dan Allah tidak ridha kepada hamba-Nya yang ingkar dan jika kalian bersyukur Allah ridha kepada kalian” (QS. Az-Zumar: 7).

Saat kita mendapat cobaan atau merasa gagal, ingatlah kita tetap dapat menciptakan kehidupan yang indah dengan cara yang lain. Janganlah putus asa atau merasa rendah diri. Kehidupan itu tidak harus sama dengan yang lainnya. Jadilah diri sendiri. Tetaplah berusaha dan bersyukur dengan keadaan yang ada.


Sabtu, 03 Maret 2018

Sefrekuensi karena Saudara

Suatu hari, saya mendatangi suatu majelis ilmu yang berada di Kabupaten Klaten. Di sana, peserta diminta untuk menghafal surat At-Taubah 111-112 serta beberapa tugas esai lainnya. Selama acara tersebut, kami dilarang menggunakan kata ganti orang pertama (saya, aku, ane, dll). Di sinilah cerita kami (para peserta) dimulai

Saat sesi diskusi masalah-masalah umat di fakultas selama ini, kami sering mengucap kata "aku" dan "saya". Begitu juga saat sesi sharing. Terkadang, panitia sering memancing kami untuk mengatakan yang terlarang tersebut. Alhasil, kami mendapat hukuman push up 201x (ini serius ya). Hukuman ini akumulasi dari penggunaan kata terlarang tersebut dan beberapa kesalahan klasik lainnya.

Sewaktu saya kembali ke Solo, saya masih terngiang-ngiang acara melelahkan nan seru tersebut. Saya teringat kata salah satu panitia "Kalian itu bukan bersepuluh (saat itu yang ada 10 orang) tapi kalian satu". Saya merasa ada kekeluargaan di antara peserta. Terlebih, saya teringat salah satu potongan arti surat At-Taubah : 111 = "Sesungguhnya Allah membeli orang-orang mukmin diri dan harta dengan surga......". Serta potongan ayat berikutnya bahwa salah satu orang mukmin itu adalah orang yang menyeru amal ma'ruf dan mencegah pada yang mungkar.

Ya, tujuan dari acara tersebut adalah selain mempererat ukhuwah kami, kami mendapat motivasi untuk terus bersemangat untuk berdakwah. Hal yang baru aku sadari adalah kami semua mempunyai frekuensi yang sama. Frekuensi untuk saling mengingatkan dan saling motivasi untuk berdakwah di lingkungan kami. Meskipun jalan kami berat, medan tersebut terasa lebih ringan karena kita bergerak bersama-sama. Bersama puluhan mahasiswa dan mahasiswi muslim yang Insya Allah akan mendampingi kami selama satu tahun.


Kab. Klaten, 17-18 Februari 2018
Attiya Nur Amalina
Sekretaris Bidang di suatu lembaga dakwah fakultas dengan tagline "Karena Kita Saudara"

Sabtu, 13 Januari 2018

Tujuan dan Profesionalitas Dalam Berorganisasi

Dua bulan lalu, saya mewawancara beberapa adek tingkat dalam rangka kepanitiaan suatu acara besar. Bisa dikatakan dalam rangka Dies Natalis kampus dengan interval tujuh bulan ke depan. Saat itu saya bertanya alasan mereka. Mereka menjawab ingin mencari pengalaman dan relasi. Apakah alasan mereka salah?

Sebetulnya, alasan tersebut sah-sah saja.  Mencari relasi merupakan hal yang baik. Bagaimana dengan mencari pengalaman?

Suatu hari lain, saya bertemu dengan kakak tingkat saya yang sudah banyak seluk beluk di beberapa lembaga. Dia berpesan kepada saya :

"Jangan ikut organisasi hanya sampai event tertentu saja. Ikutlah suatu organisasi untuk bermanfaat kepada orang lain."

Kakak tingkat tersebut mengucapkan hal yang sama yang kedua kalinya kepada saya dan teman-teman saat masa demisioner.

Beberapa bulan lalu, saya bertemu dengan kakak tingkat lain yang juga mempunyai jabatan organisasi yang sangat mantap. Dia berpesan kepada saya :

"Kalian jangan ikut organisasi karena cari pengalaman. Ingat ga pepatah "Jangan bertanya apa yang bisa kamu dapetin dari negaramu. Tetapi bertanya apa yang bisa kamu berikan ke negaramu" "

Sejauh saya mengikuti organisasi selama satu periode dan pengalaman teman-teman di tempat lain, banyak fenomena suatu keaktifan pengurus hanya pada awal saja. Saat mau demisioner banyak anggota yang hilang entah di mana. Entah mereka sudah terlalu jenuh atau punya kesibukan lain (saya adalah salah satunya wkwkwk). Menurut saya, hal ini karena kembali pada tujuan mereka di organisasi atau lembaga. Mereka berfikir ya sudah hanya mencari pengalaman. Sehingga rasa kebermanfaatan di organisasi kurang. Hal ini berpengaruh pada sikap profesional anggota di organisasi. Mereka hanya bekerja maksimal hanya di awal saja.

Maka dari itu, ikut organisasi dengan tujuan mencari pengalaman itu baik. Tetapi, ketika sudah resmi menjadi anggota, pikirkan atau tambahkan lagi tujuan ikut organisasi. Karena untuk bertahan sampai akhir tidaklah mudah :)

Untuk kalian yang berencana ikut organisasi atau lembaga atau UKM atau apapun kegiatannya, ingat kalimat kalimat tadi :

- Jangan bertanya apa yang bisa kamu dapetin dari lembagamu. Tetapi bertanya apa yang bisa kamu berikan ke lembagamu -



(tulisan ini merupakan lanjutan cerita sebulumnya)

Minggu, 22 Oktober 2017

Beberapa Kesalahan dalam Organisasi

Aktif di organisasi merupakan hal spesial bagi beberapa orang. Sebagian orang berpikir bahwa berorganisasi dapat meningkatkan eksistensi di lingkungannya. Namun, banyak orang yang menyalahgunakan suatu kepercayaan yang telah diberikan kepadanya. Berorganisasi memang banyak tantangan. Namun, hal ini dapat meningkatkan softskill jika dilakukannya dengan baik. Berikut kesalahan-kesalahan dalam organisasi yang sering terjadi.

1. Miskomunikasi

Miskomunikasi sangat sering terjadi. Hal-hal yang menyebabkan miskomunikasi adalah : tidak terbuka dengan rekan kerjanya, tidak mau memberitahu masalah ke orang lain, kurangnya aktif di organisasi, dan lain-lain. Salah satu cara mencegah miskomunikasi adalah sering diskusi dengan teman kerjanya.

2. Alasan masuk organisasi

Ketika ditanya mengapa masuk organisasi, jawabannya adalah mencari pengalaman/sofskill, agar sibuk, dsb. Alasan-alasan itu tidak salah. Tetapi, jika orang berorganisasi karena pernyataan itu, hasilnya tidak maksimal. Berorganisasi adalah bagaimana kamu menurunkan egomu, mengorbankan waktu dan tenagamu untuk mengabdi. Ulasan lebih jauh akan diceritakan di postingan berikutnya

3. Lari dari tanggung jawab

Banyak orang yang tidak amanah karena ada hal penting lain yang harus diselesaikan. Sehingga, amanah yang sudah diberi dengan sangat yakin itu menjadi sia-sia. Jika hal itu terjadi, sebaiknya kita delegasikan (?) tugas tersebut kepada orang yang kita percaya, namun tidak berarti meninggalkan tanggung jawab. Contoh : seorang ibu yang harus bekerja dari pagi hingga malam. Sehingga, beliau tidak bisa merawat anaknya dengan baik. Akhirnya, Sang Ibu menitipkan anaknya ke saudara terdekat hingga Sang Ibu selesai bekerja.

Orang yang lari dari tanggung jawab merupakan orang yang bermental rendah.

Ciri-ciri yang lari dari tanggung jawab :
a. Melemahkan diri sendiri
b. Sering mengajukan berbagai alasan
c. Suka mencari pembenaran terhadap kesalahan sendiri
d. Beralasan terhadap sesuatu yang penting dengan berbagai kesibukan
e. Sering melemahkan orang lain
f. Sering menyepelekan orang lain

4. Ingin dipahami, bukan ingin memahami

Ada yang mengatakan "Generasi madesu (masa depan suram) adalah generasi yang ingin dipahami, bukan ingin memahami". Hal ini sering terjadi kepada orang yang sangat "nafsu" pada eksistensi. Berambisi menjadi ketua. Padahal, orang yang sukses di organisasi ialah orang yang sangat tulus berbagi melewati organisasi.

Itulah beberapa hal yang sering terjadi dalam suatu organisasi. Terkadang hal-hal ini yang membuat beban bertambah pada rekan organisasi lainnya. Empat poin tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman penulis saat berorganisasi. Semoga postingan ini membuat kita lebih bijak menyikapi masalah-masalah di suatu organisasi.