Minggu, 07 Juni 2015

Joki Tidak Baik untuk Diri Sendiri

Tes SBMPTN tanggal 9 Juni atau tinggal beberapa hari lagi. Sebagian peserta semakin sibuk dengan buku-buku SBMPTN mereka. Sebagian peserta lain sudah pasrah dengan keadaan *wkwk. Sebagian lagi stres karena mereka takut tidak dapat PTN. Bahkan, ada yang sampai ingin menggunakan jasa joki ke orang lain. Joki termasuk bentuk kecurangan, zalim. Joki tidak hanya merugikan peserta lain, tetapi juga bisa merugikan dirinya. Mengapa?

Saya punya cerita (pengalaman diri sendiri dan teman-teman). Waktu saya masih kelas 6, saya hanya murid biasa, pintar amat juga engga. Ingin masuk salah satu SMP negeri favorit di kota saya. Nilai UN saya standar, rata-rata 8 komaan. Beruntungnya karena SMP negeri waktu itu nambah kursi akhirnya saya bisa tembus SMP itu dan saya berada di posisi menengah kebawah. Selama kelas 7, entah mengapa saya bisa masuk 10 besar bahkan sampai rangking 3. Padahal waktu SD saya jarang masuk 10 besar. Kelas 8 saya menjadi murid kelas unggulan. Disitu saya mulai stres. Banyak teman-teman sekelas bilang "Ah, gue ga ngerti apa-apa" atau "Mampus gue belum belajar" tiba-tiba nilai mereka diatas 8 dan saya dibawah 8 padahal saya sudah belajar. Rangking saya anjlok sampai berada di posisi 5 dari bawah. Teman saya yang punya nasib sama juga stres selama di kelas unggulan.

Akhirnya saya dan teman saya memutuskan untuk pilih SMA yang biasa saja. Takut stres di SMA favorit (ujung-ujungnya kami di SMA favorit wkwk). Apalagi kelas unggulan. Saya engga kebayang kalau saya menjadi siswa di antara anak-anak jenius seperti waktu SMP lagi... mungkin selama SMA kami ngga bisa main, belajar terus. Engga bisa coba ekskul ini ekskul itu wkwkwk.

Saya dan teman saya adalah siswa "beruntung". Sebenarnya ada faktor lain juga. Kami belajar lebih serius juga daripada yang lain heheh. Bukan karena kami jenius atau apalah. Faktanya, banyak siswa biasa yang stres di SMA yang rata-rata siswanya "jenius". Saya engga kebayang kalau ada siswa yang sebenarnya engga tembus sekolah favorit tetapi coba cara belakang *you know what i mean*. Mungkin dia akan lebih tersiksa. Apalagi jika diteruskan sampai PTN *naudzubillah* tapi lewat cara lain : joki. Dunia kampus dan sekolah engga sama loh. Menurut saya sih mending ga usah joki. Jujur sama diri sendiri aja deh. Toh kalau emang engga dapet mungkin engga ditakdirkan untuk jadi mahasiswa stres disana (?)

Seseorang mengatakan "Anak UI, ITB, sama UGM wawasannya luas, suka debat sama dosen, suka muncul di diskusi mana-mana. Kalau engga pinter mending ga usah masuk situ."

Jadi, tolong jangan joki. Kalau joki terus diterima, nanti malah stres di kampus. Bisa fatal.

Maaf kalo tulisan ini agak membingungkan, hehehe.