Sabtu, 06 Oktober 2018
MONOKROM KEHIDUPAN
Sabtu, 03 Maret 2018
Sefrekuensi karena Saudara
Saat sesi diskusi masalah-masalah umat di fakultas selama ini, kami sering mengucap kata "aku" dan "saya". Begitu juga saat sesi sharing. Terkadang, panitia sering memancing kami untuk mengatakan yang terlarang tersebut. Alhasil, kami mendapat hukuman push up 201x (ini serius ya). Hukuman ini akumulasi dari penggunaan kata terlarang tersebut dan beberapa kesalahan klasik lainnya.
Sewaktu saya kembali ke Solo, saya masih terngiang-ngiang acara melelahkan nan seru tersebut. Saya teringat kata salah satu panitia "Kalian itu bukan bersepuluh (saat itu yang ada 10 orang) tapi kalian satu". Saya merasa ada kekeluargaan di antara peserta. Terlebih, saya teringat salah satu potongan arti surat At-Taubah : 111 = "Sesungguhnya Allah membeli orang-orang mukmin diri dan harta dengan surga......". Serta potongan ayat berikutnya bahwa salah satu orang mukmin itu adalah orang yang menyeru amal ma'ruf dan mencegah pada yang mungkar.
Ya, tujuan dari acara tersebut adalah selain mempererat ukhuwah kami, kami mendapat motivasi untuk terus bersemangat untuk berdakwah. Hal yang baru aku sadari adalah kami semua mempunyai frekuensi yang sama. Frekuensi untuk saling mengingatkan dan saling motivasi untuk berdakwah di lingkungan kami. Meskipun jalan kami berat, medan tersebut terasa lebih ringan karena kita bergerak bersama-sama. Bersama puluhan mahasiswa dan mahasiswi muslim yang Insya Allah akan mendampingi kami selama satu tahun.
Kab. Klaten, 17-18 Februari 2018
Attiya Nur Amalina
Sekretaris Bidang di suatu lembaga dakwah fakultas dengan tagline "Karena Kita Saudara"
Sabtu, 13 Januari 2018
Tujuan dan Profesionalitas Dalam Berorganisasi
Dua bulan lalu, saya mewawancara beberapa adek tingkat dalam rangka kepanitiaan suatu acara besar. Bisa dikatakan dalam rangka Dies Natalis kampus dengan interval tujuh bulan ke depan. Saat itu saya bertanya alasan mereka. Mereka menjawab ingin mencari pengalaman dan relasi. Apakah alasan mereka salah?
Sebetulnya, alasan tersebut sah-sah saja. Mencari relasi merupakan hal yang baik. Bagaimana dengan mencari pengalaman?
Suatu hari lain, saya bertemu dengan kakak tingkat saya yang sudah banyak seluk beluk di beberapa lembaga. Dia berpesan kepada saya :
"Jangan ikut organisasi hanya sampai event tertentu saja. Ikutlah suatu organisasi untuk bermanfaat kepada orang lain."
Kakak tingkat tersebut mengucapkan hal yang sama yang kedua kalinya kepada saya dan teman-teman saat masa demisioner.
Beberapa bulan lalu, saya bertemu dengan kakak tingkat lain yang juga mempunyai jabatan organisasi yang sangat mantap. Dia berpesan kepada saya :
"Kalian jangan ikut organisasi karena cari pengalaman. Ingat ga pepatah "Jangan bertanya apa yang bisa kamu dapetin dari negaramu. Tetapi bertanya apa yang bisa kamu berikan ke negaramu" "
Sejauh saya mengikuti organisasi selama satu periode dan pengalaman teman-teman di tempat lain, banyak fenomena suatu keaktifan pengurus hanya pada awal saja. Saat mau demisioner banyak anggota yang hilang entah di mana. Entah mereka sudah terlalu jenuh atau punya kesibukan lain (saya adalah salah satunya wkwkwk). Menurut saya, hal ini karena kembali pada tujuan mereka di organisasi atau lembaga. Mereka berfikir ya sudah hanya mencari pengalaman. Sehingga rasa kebermanfaatan di organisasi kurang. Hal ini berpengaruh pada sikap profesional anggota di organisasi. Mereka hanya bekerja maksimal hanya di awal saja.
Maka dari itu, ikut organisasi dengan tujuan mencari pengalaman itu baik. Tetapi, ketika sudah resmi menjadi anggota, pikirkan atau tambahkan lagi tujuan ikut organisasi. Karena untuk bertahan sampai akhir tidaklah mudah :)
Untuk kalian yang berencana ikut organisasi atau lembaga atau UKM atau apapun kegiatannya, ingat kalimat kalimat tadi :
- Jangan bertanya apa yang bisa kamu dapetin dari lembagamu. Tetapi bertanya apa yang bisa kamu berikan ke lembagamu -
(tulisan ini merupakan lanjutan cerita sebulumnya)
Minggu, 22 Oktober 2017
Beberapa Kesalahan dalam Organisasi
1. Miskomunikasi
Miskomunikasi sangat sering terjadi. Hal-hal yang menyebabkan miskomunikasi adalah : tidak terbuka dengan rekan kerjanya, tidak mau memberitahu masalah ke orang lain, kurangnya aktif di organisasi, dan lain-lain. Salah satu cara mencegah miskomunikasi adalah sering diskusi dengan teman kerjanya.
2. Alasan masuk organisasi
Ketika ditanya mengapa masuk organisasi, jawabannya adalah mencari pengalaman/sofskill, agar sibuk, dsb. Alasan-alasan itu tidak salah. Tetapi, jika orang berorganisasi karena pernyataan itu, hasilnya tidak maksimal. Berorganisasi adalah bagaimana kamu menurunkan egomu, mengorbankan waktu dan tenagamu untuk mengabdi. Ulasan lebih jauh akan diceritakan di postingan berikutnya
3. Lari dari tanggung jawab
Banyak orang yang tidak amanah karena ada hal penting lain yang harus diselesaikan. Sehingga, amanah yang sudah diberi dengan sangat yakin itu menjadi sia-sia. Jika hal itu terjadi, sebaiknya kita delegasikan (?) tugas tersebut kepada orang yang kita percaya, namun tidak berarti meninggalkan tanggung jawab. Contoh : seorang ibu yang harus bekerja dari pagi hingga malam. Sehingga, beliau tidak bisa merawat anaknya dengan baik. Akhirnya, Sang Ibu menitipkan anaknya ke saudara terdekat hingga Sang Ibu selesai bekerja.
Orang yang lari dari tanggung jawab merupakan orang yang bermental rendah.
Ciri-ciri yang lari dari tanggung jawab :
a. Melemahkan diri sendiri
b. Sering mengajukan berbagai alasan
c. Suka mencari pembenaran terhadap kesalahan sendiri
d. Beralasan terhadap sesuatu yang penting dengan berbagai kesibukan
e. Sering melemahkan orang lain
f. Sering menyepelekan orang lain
4. Ingin dipahami, bukan ingin memahami
Ada yang mengatakan "Generasi madesu (masa depan suram) adalah generasi yang ingin dipahami, bukan ingin memahami". Hal ini sering terjadi kepada orang yang sangat "nafsu" pada eksistensi. Berambisi menjadi ketua. Padahal, orang yang sukses di organisasi ialah orang yang sangat tulus berbagi melewati organisasi.
Itulah beberapa hal yang sering terjadi dalam suatu organisasi. Terkadang hal-hal ini yang membuat beban bertambah pada rekan organisasi lainnya. Empat poin tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman penulis saat berorganisasi. Semoga postingan ini membuat kita lebih bijak menyikapi masalah-masalah di suatu organisasi.
Selasa, 28 Maret 2017
Belajar Ilmu Material Yuk!
"Mengapa sekarang banyak lulusan teknik di Indonesia tapi Indonesia belum maju juga? Kalian harus cari tau sendiri."
Pertanyaan yang menarik. Bayangkan saja, setiap tahun satu perguruan tinggi saja pasti meluluskan puluhan hingga ratusan sarjana teknik (anggap saja rata-rata satu angkatan jurusan teknik tiap perguruan tinggi sekitar 50 hingga 250 orang (ini hitungan asal-asalan yak)). Belum dikali dengan ratusan perguruan tinggi se-Indonesia yang terdiri dari sekolah tinggi, akademi, universitas, dan institut. Ada ribuan sarjana teknik baru setiap tahun di Indonesia. Tetapi mengapa Indonesia belum maju? Kalah dengan negara-negara di Eropa yang penduduknya lebih sedikit tapi sudah mampu membuat mesin sejak abad ke 18.
Menurutku (menurut banyak orang juga), teknologi di Indonesia belum terasah karena perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia masih sangat minim. Ilmuwan di Indonesia masih sedikit. Selain itu, riset mengenai teknologi masih kurang. Dari semua teknologi seperti mobil, robot, dan lain-lain. Ada satu ilmu penting yang perlu dipelajari, yaitu ilmu material. Semua benda di sekitar kita dibuat dari suatu material, kan? Laptop, mobil, robot, macam-macam. Berkat perkembangan ilmu material juga dapat membuat bangunan lebih kuat, efisien waktu pembuatan, dan lebih cepat.
Material juga dapat menciptakan energi ramah lingkungan, lho. Contohnya adalah sel surya. Indonesia yang setiap hari mendapatkan panas matahari setiap hari masih jarang menggunakan sel surya (memang satu panel saja harganya mahal banget). Mengapa kita tidak mengembangkan sel surya? Mungkin kita bisa mengembangkan sel surya yang harganya lebih murah. Indonesia kalah dengan India yang sudah mempunyai mega proyek sel surya.
Selain itu, material juga mempelajari partikel yang sangat sangat kecil, yaitu nano teknologi. Aku tidak bisa menjelaskan lebih detail. Aku ada satu video yang sangat menarik tentang Nano teknologi.
Dengan nano teknologi, suatu barang murah bisa menjadi barang mahal, bahkan lebih mahal daripada mobil.
Di Indonesia riset mengenai material masih belum populer. Amino masyarakat mempelajari ilmu material masih sedikit. Di Indonesia masih jarang ada prodi material. Namun di jurusan fisika ada peminatan fisika material yang mendalami partikel-partikel dalam suatu materi. Di Fakultas teknik ada Teknik material. Ayuk belajar material untuk Indonesia yang lebih baik!
Minggu, 04 September 2016
Masalah Plastik
Selasa, 08 September 2015
Ketika Pesawat Kertas itu Belum Sampai
Inilah yang terjadi pada diriku... aku yang punya cita-cita yang tinggi yang punya waktu terbatas harus bersabar menghadapi kenyataan. Semula berawal dari pengumuman SBMPTN dan aku engga lolos. Aku hanya bisa nangis 3 jam di kamar sambil memikirkan : masa harus seperti ini sih? masa harus ngulang harus nunda.... aku engga punya waktu banyak. Mengapa aku bilang engga punya waktu banyak? Karena aku engga sabar. Bayangin ketika harus ngulang SBMPTN taun depan berati harus "vakum" dulu. Ketika yang lain sudah lulus kuliah aku baru sibuk skripsi blablablala. Apalagi jurusan yang aku inginkan langka, langka banget : Geografi karena aku anak saintek. Bayangin, nyoba geografi aja engga lolos apalagi yang lain? :'(
Mau engga mau aku ikut UM yang dipilihkan ortu dengan jurusan yang kurang srek bagiku. Hasilnya : engga ada yang diterima. Ya kecewa. Tiap hari kerjaannya cuma nangis. Selama musim ospek aku engga mau buka sosmed.... baperrr. Aku sedih banget... Padahal aku tiap hari selalu shalat malam setengah jam berdoa terus kemudian paginya aku shalawat tapi hasilnya nihil... sementara tetangga aku, dia shalat malam juga akhirnya diterima di UI. Kurang nyesek apa coba?
Akhirnya aku kuliah di swasta... malu? malu banget. Apalagi aku milih jurusan yang tidak sesuai dengan hatiku. Bingung aku kalau ketemu orang di jalan terus ditanya kuliah rasanya malu banget. Apalagi kalo sampai bilang "engga apa apakan kuliah di swasta?" aku cuma bisa nyengir :"
Suatu hari aku pergi ke Gramed buat cari pencerahan. Aku engga mau sedih seperti ini terus. Kemudian aku baca bukunya dan.... Subhanallah, banyak banget pencerahan dari buku itu. Aku baca buku itu sampai habis di Gramed. Kalo waktunya harus pulang ya pulang besoknya balik ke Gramed lagi wkwk. Waktu itu aku sampe bolak-balik Gramed 3x... cuman numpang baca buku itu.
"Ketika kita punya masalah, pikirkan dengan jernih agar kita bisa menyelesaikan masalah tersebut. Begitu pula jika tidak lolos SBMPTN. Jangan berkecil hati. Teruslah semangat seperti waktu SBMPTN."
Sejak itu aku mulai buka buku-buku SMA lagi terus mulai atur strategi agar setahun ini nilai IPK (IP atau IPK ga tau istilahnya wkwk) aku tetep tinggi walaupun harus belajar SBMPTN mati-matian. Plus tugas-tugas yang sedikit tapi memakan waktu berjam-jam. Aku mulai mengubah cara belajar 180 derajat yang engga comfort zone lagi. Kan engga mau kuliah di tempat dan jurusan yang engga disukai. Engga bakal menikmati lah :/
Tapi yang membuatku mikir-mikir ikut SBMPTN lagi adalah : alumninya ada yang diterima kerja di tempat yang aku inginkan (read : Dubai). Dari dulu aku ingin sekali ke sana. Bangunannya yang kece-kece, penduduk yang lengkap mulai dari timur bumi sampai barat bumi ada di sana, menikmati panasnya matahari (?). Tapi aku sadar buat apa capek kuliah dan kerja kalau hati engga bisa menikmatinya.
Tapi kembali lagi, Allah punya rencana yang indah untuk hidupku.
Apa yang baik bagi kita belum tentuk baik bagi Allah. Apa yang tidak baik bagi kita belum tentu tidak baik bagi Allah. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
Walaupun Allah Maha Mengatur, kita diberi kesempatan untuk memilih takdir kita. Kita mau jadi dokter kah atau bos perusahaan kah. Kita harus memanfaatkan kesempatan itu sebaik mungkin. Jika plan A engga jalan, mungkin plan B baru manjur. Atau C/D/Z sekalipun. Ketika pesawat kertas itu belum sampai, pilih : membuat pesawat baru yang lebih bagus atau membiarkannya jatuh di tempat entah berantah sesuai angin yang membawanya
*Maaf kalau agak tidak dimengerti hehe*